KontanKontan

Bank Masih Terbuka Cari Pendanaan Non DPK, Meski Likuiditas Masih Longgar

Pada saat pertumbuhan kredit mengalami perlambatan, likuiditas perbankan terlihat masih longgar. Meski demikian, usaha perbankan untuk melakukan diversifikasi pendanaan selain dari dana pihak ketiga (DPK) tampaknya tetap dilakukan.

Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) mencatat sumber dana non DPK tumbuh 3,92% (yoy) pada April 2023, lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 9,54% yoy. Perlambatan pertumbuhan sumber dana non DPK terutama dikontribusi dari penurunan kewajiban bank lain dan surat berharga yang diterbitkan masing-masing sebesar Rp 6,91 triliun dan Rp 6,69 triliun.

Namun, LPS melihat pendanaan non DPK perbankan berpotensi terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan penyaluran kredit. Tujuannya untuk menjadi alternatif sumber likuiditas perbankan untuk tetap menjaga kecukupan likuiditas perbankan.

“Dampak tren kenaikan suku bunga kebijakan dan yield obligasi perlu dicermati untuk memastikan biaya dana non DPK tidak membebani neraca bank dalam jangka panjang,” tulis LPS dikutip dalam laporannya (4/6).

Sementara itu, Pefindo mencatat per 31 Maret 2023, mandat yang diterima dari perbankan yang hendak menerbitkan surat utang ada 3 perusahaan dengan rencana nilai yang diterbitkan mencapai Rp 7,1 triliun.

Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) Yuddy Renaldi mengungkapkan bahwa pihaknya masih memiliki rencana untuk kembali melakukan penerbitan surat berharga di tahun ini dengan memperhatikan sentimen perkembangan suku bunga.

“Melalui instrumen obligasi atau bisa juga surat berharga perpetual,” ujarnya.

Menurutnya, pendanaan non DPK ini tetap banyak dimanfaatkan sebagai alternatif sumber likuiditas serta menjadi sumber yang cukup efisien di tengah masih tingginya suku bunga acuan.

Ia bilang saat ini pendanaan dapat kami sampaikan bahwa likuiditas bank bjb saat ini masih terjaga dengan baik, dengan total dana yang dihimpun per April 2023 mencapai Rp 138,7 triliun.

Ia merinci untuk pendanaan non DPK sendiri berjumlah Rp 22,7 triliun yang bersumber dari kewajiban kepada bank lain, surat berharga yang diterbitkan, dan pinjaman diterima. Dana yang bersumber dari non DPK tersebut tumbuh 15,3% yoy.

Sementara itu, Corporate Secretary BRI Aestika Oryza bilang BRI telah mencantumkan rencana penerbitan surat berharga pada Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini yang pelaksanaanya akan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas terkini serta perkembangan kondisi pasar.

Aes juga bilang target pertumbuhan kredit di kisaran 10% hingga 12% di tahun ini juga bisa mendorong pertumbuhan pendanaan non-dpk perbankan sebagai salah satu sumber pemenuhan likuiditasnya

“Pendanaan non DPK dilakukan sebagai penyeimbang pertumbuhan DPK dan penyaluran pinjaman yang dapat memitigasi kondisi mismatch maturity BRI,” jelasnya.

Secara tahunan, Aes menyebutkan tren pendanaan Non DPK bank mengalami peningkatan yang terkonsentrasi pada tenor pendek sebagai strategi dalam memitigasi proyeksi arah suku bunga acuan.

Sebagai informasi, total pendanaan non DPK BRI Maret 2023 termasuk liabilitas akseptasi mencapai sebesar Rp 96 triliun, atau tumbuh 12% yoy sedangkan DPK tumbuh 11,7% yoy.

Di sisi lain, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn mengungkapkan karena likuiditas BCA yang solid, hingga saat ini, pihaknya belum memiliki rencana untuk menerbitkan obligasi.

Adapun, pendanaan non DPK BCA tercatat sekitar Rp 9,3 triliun per Maret 2023. Ia mengklaim angka tersebut relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya dan sebagian besar berupa liabilitas kepada bank lain.

“Ke depan, BCA berkomitmen untuk senantiasa mengelola likuiditas secara pruden untuk mendukung pertumbuhan kredit berkualitas.”