SeputarforexSeputarforex

Pejabat The Fed Bikin Dolar AS Lesu Menunggu Notulen FOMC

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) melemah dalam perdagangan sesi New York tadi malam, karena sejumlah pejabat The Fed menekankan perlunya mengurangi skala kenaikan suku bunga berikutnya. Saat berita ditulis pada sesi Asia (23/November), Dixie masih terpuruk pada kisaran 107.10-an dan Greenback cenderung defensif terhadap sebagian besar mata uang mayor.

Grafik DXY Daily via TradingView

Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester, mengatakan kepada CNBC bahwa inflasi masih terlalu tinggi, sehingga pengetatan moneter baru dapat disetop setelah bank sentral menyaksikan penurunan laju inflasi lebih lanjut. Akan tetapi, ia menilai skala kenaikan suku bunga berikutnya perlu dikurangi, karena kondisi ekonomi sudah mulai restriktif.

Opini Mester senada dengan pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell pada awal bulan ini. Powell pada saat itu mengatakan bahwa kendati suku bunga perlu naik lebih tinggi lagi demi mencapai target inflasi, tetapi bank sentral perlu menaikkan suku bunga dengan skala lebih kecil di masa depan.

Pernyataan-pernyataan tersebut memengaruhi antisipasi pasar menjelang rilis notulen rapat FOMC nanti malam. Pasar kini meyakini notulen bakal memuat info tentang perlambatan laju "Fed rate hike", alih-alih sikap hawkish yang agresif seperti dulu.

Antisipasi tersebut menjadi salah satu faktor yang membungkam dolar AS pagi ini. Carol Kong dari Commonwealth Bank of Australia mengungkapkan pula adanya perbaikan sentimen risiko yang memicu reli saham dan obligasi, berkat laporan keuangan korporat yang lebih baik. Sementara itu, dolar AS kehilangan sokongan dari minat beli safe haven terkait momok pandemi di China.

Otoritas China terus mengetatkan pembatasan aktivitas masyarakat di sejumlah kota besar akibat lonjakan kasus COVID-19. Namun, kekhawatiran pasar terhadap dampak masalah tersebut telah mereda untuk saat ini.

"Pemberlakuan pembatasan baru (di China) dalam waktu dekat pasti akan memiliki dampak ekonomi yang negatif, tetapi setidaknya pasar untuk saat ini tampak berfokus pada fakta bahwa China ingin secara bertahap beralih menuju strategi hidup berdampingan dengan COVID dalam jangka menengah," kata Rodrigo Catrill, pakar strategi mata uang di National Australia Bank, "Hanya saja, kami berpikir bahwa kemunduran sangat mungkin terjadi dalam proses ini, sehingga kami memperkirakan (akan terjadi) lonjakan volatilitas pasar selama proses berlangsung."