Volume adalah jumlah saham (dalam lembar) yang diperdangkan dengan perhitungan total trade-by-trade, standarnya volume berbentuk histogram atau bar dengan tiap bar menunjukkan jumlah lembar saham yang diperdagangkan (volume) tiap periode waktu tertentu sesuai dengan timeframe yang dipakai.
Note: salah satu miskonsepsi dalam volume adalah, warna bar volume hijau menandakan jumlah buyer lebih banyak dari seller atau sebaliknya, ini keliru karena warna bar volume mengikuti warna candle-nya jika closing candle hijau maka warna bar volume akan hijau dan begitupun sebaliknya.
Dalam teknikal analisis volume lebih banyak digunakan sebagai konfirmasi trend/price movement/chart pattern karena pada dasarnya candlestick hanya menunjukkan sebagian informasi, sisanya ada pada volume. Konsepnya volume analisis digunakan untuk menilai "kesehatan" trend/price movement/chart pattern berdasarkan tekanan atau momentum buyer dan seller, dalam konsep yang lebih luas volume analysis juga berkaitan dengan teknik smart money dan bandarmologi.
Ada banyak indikator volume yang bisa dipakai dari yang standar sampai kustom, disini saya hanya fokus pada indikator standar, seperti: - Volume - OBV (On Balance Volume) - VWAP (Volume Weighted Average Price)
VOLUME ANALYSIS:
1. HIGH VOLUME UP > TREND CHANGING
Volume selalu berkolerasi positif dengan trend, ketika market trending (uptrend/downtrend) volume akan cenderung tinggi dibanding ketika market dalam keadaan sideways (trendless). Ketika perubahan trend akan terjadi biasanya akan diawali dengan anomali berupa kenaikan volume yang signifikan, ini bisa disebabkan karena buyers menjadi agresif (impulsive) atau "smart money" yang mulai masuk dengan alasan tertentu, dengan masuknya smart money bisa menjadi indikasi perubahan arah trend menjadi bullish reversal. Kuncinya disini adalah kemampuan untuk menemukan perubahan volume sebelum terjadi perubahan trend yang signifikan sehingga bisa masuk lebih awal.
Diatas adalah contoh high volume up sebelum bullish reversal yang terjadi pada saham ADRO dan SMMT, harga berada dalam fase sideways kemudian terjadi kenaikan volume signifikan dibanding dengan volume rata-rata sebelumnya karena terjadi perubahan momentum.
Note: untuk kasus perubahan arah trend menjadi bearish reversal konsepnya sama namun sebaliknya.
2. VOLUME AS CONFIRMATION
Ketika harga breakout area resisten diikuti volume yang tinggi dibanding volume rata-rata bisa menjadi konfirmasi breakout yang valid sehingga harga memiliki tendensi untuk bergerak lebih tinggi, teorinya karena breakout dengan volume yang tinggi membawa tekanan/momentum bullish dan partisipasi buyer yang tinggi sedangkan breakout dengan volume rata-rata bahkan rendah memiliki tendensi menjadi false breakout karena tekanan/momentum bullish dan partisipasi buyer yang rendah secara psikologi pasar kenaikan volume membawa opsimisme karena pelaku pasar akan cenderung berfikir breakout tersebut valid sehingga akan mebawa lebih banyak buyer dan begitupun sebaliknya.
Diatas adalah contoh konfirmasi ketika harga breakout resisten diikuti dengan kenaikan volume yang berakhir dengan bullish reversal pada saham ASII.
Diatas adalah contoh konfirmasi breakout pola double bottom dengan diikuti volume yang tinggi pada saham EXCL.
Note: ada banyak teknik untuk mengkonfirmasi sebuah pola chart atau bahkan pola candlestick menggunakan volume, mungkin akan saya jelaskan next time.
3. CONFUSED VOLUME
Confused volume terjadi ketika volume turun signifikan pada area key level seperti support atau resisten ditengah volume yang besar. Secara psikologis confused volume terjadi ketika harga mencapai level penting kemudian investor merasa ragu atau bingung harga akan bergerak kemana, keraguan ini menyebabkan banyak investor yang "wait and see" sehingga volume turun signifikan. Confused volume juga bisa digunakan untuk memberi indikasi awal terjadinya perubahan momentum.
Diatas adalah contoh confused volume pada saham SCMA, terlihat volume tiba-tiba turun signifikan kemudian diikuti big move (up/down).
4. NORMAL VOLUME
Normal volume terjadi saat jumlah saham yang diperdagankan berada dalam titik kesetimbangan (equilibrium). Dalam kondisi ini volume tidak memberi clue apapun, biasanya kondisi seperti ini bisa ditemukan saat market berada dalam fase sideways ketika tidak ada sentimen apapun atau memang karakteristik saham terutama market maker saham tersebut memang seperti itu.
Diatas adalah contoh normal volume pada saham MIKA, walaupun harga sangat fluktuatif namun volume cenderung stagnan sehingga tidak memberi tanda atau clue apapun.
5. LOW VOLUME AFTER IMPULSIVE (UP/DOWN) OR HIGH UP VOLUME
Low volume after impulsive move (up/down) biasanya terjadi karena market exhaustion, secara psikologis market beristirahat setelah pergerakan impulsive yang kuat, kondisi volume seperti ini bisa menjadi indikasi pola bullish continuation.
Diatas adalah contoh market exhaustion pada saham BBNI yang ditandai dengan volume yang slowing down setelah pergerakan impulsive yang kemudian diikuti pola bullish continuation.
Note: karena sudah terlalu panjang jadi sepertinya saya akhiri penjelasan mengenai analisis volume hanya sampai indikator volume standar, untuk OBV dan VWAP akan saya jelaskan next time serta seperti biasa sebagai bahan refrensi akan saya lampirkan beberapa ide saya sebelumnya yang berkaitan dengan volume analysis.
The information and publications are not meant to be, and do not constitute, financial, investment, trading, or other types of advice or recommendations supplied or endorsed by TradingView. Read more in the Terms of Use.